Popularitas Nelson Dan Sederet Prestasinya

 

Gorontalo,- Pada perhelatan Pilkada di Kab. Gorontalo 2020 ini, generasi Millenial seakan menjadi rebutan. Beberapa pasangan calon mengklaim diri sebagai calon pemimpin yang berpihak pada kelompok masyarakat Millenial. Hal itu sebenarnya wajar dan tidak berlebihan, karena memang dari segi populasinya secara nasional, generasi millenial mencapai angka 23,77 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai 268 juta jiwa. Bahkan diprediksi dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, populasi generasi Millenial ini akan terus bertambah hingga mencapai puncak Bonus demografi pada 2045. Generasi Millenial dikenal juga dengan Generasi Y, (Gen-Y) atau generasi Langgas yang umumnya lahir pada awal-awal tahun 1980-an hingga 2000-an. Sementara generasi yang lahir sebelum periode itu, para ahli menyebut mereka sebagai generasi X (Gen-X)

 

Yang menarik, jika pasangan calon lain, berbicara tentang Millenial baru sekadar wacana, retorika dan janji-janji, Nelson Pomalingo, justru sebaliknya. Sejak awal menjadi Bupati, bahkan jauh sebelum itu, ia sudah memiliki konsep jitu tentang bagaimana menunjukkan komitmen keberpihakan kepada kaum millenial. Maklum saja, Nelson adalah mantan Rektor, pernah jadi guru dan dosen yang tentu bersentuhan langsung dengan kaum millenial. Selain itu, sejak tahun 2012, Nelson aktif sebagai Ketua Koalisi Kependudukan Provinsi Gorontalo. Dengan begitu, berbicara tentang kaum millenial, Nelson Pomalingo nampaknya lebih paham bahkan telah membuktikannya secara konkrit.

 

Menurut Nelson, keberpihakan kepada kaum Millenial, tidak cukup hanya sekadar wacana, tapi butuh bukti. Millenial itu, bukan semata bicara tentang usia, tapi lebih kepada pikiran (The Mind), pola pikir (Mindset), sikap, perilaku, tindakan, juga gaya hidup (life style). Kaum millenial juga identik dengan konektfitas yang bangga dan bahagia berada dalam komunitasnya.

 

Masih menurut Deklarator Provinsi Gorontalo ini, generasi millenial adalah kelompok masyarakat yang kritis, kaum muda yang memiliki mimpi, memiliki cita-cita dan bahkan generasi harapan bangsa. Oleh karena itu, memfasilitasi dan mendorong mereka agar menjadi generasi yang kreatif, inovatif, produktif serta berdaya saing adalah sebuah keniscayaan.

 

Atas dasar itulah, maka tidak heran, jika dalam masa pemerintahannya di Kab. Gorontalo, Nelson menaruh perhatian dan telah membuktikan keberpihaknnya kepada kaum Millenial. Semangat Nelson membangun arena Road Race di Limboto, adalah salah satu bentuk komitmennya mengakomodir kepentingan kaum millenial. Bagi Nelson, dari pada anak-anak muda balapan liar di jalanan yang terkadang dikeluhkan masyarakat, harus diberi ruang dan disediakan arena yang menjadi wahana bagi mereka untuk berkompetisi dan mengasah sportifitas mereka, sekaligus memupuk tradisi berprestasi di kalangan anak muda. Selain itu, keberadaan arena road race akan mendorong lahirnya komunitas-komunitas baru pecinta olahraga otomotif yang tidak tertutup kemungkinan akan mengorbitkan atlit-atlit berbakat dan berprestasi yang menjadi kebanggaan daerah.

 

Pemerintah Kab. Gorontalo juga membangun Food Court, di kompleks Menara Limboto sebagai pusat jajanan modern yang akan dilengkapi dengan jaringan internet yang saat ini tengah dibangun. Nantinya, Food Court ini akan menjadi wahana bagi anak-anak muda untuk nongkrong, ngopi dan bercengkrama dengan komunitas-komunitas mereka, sekaligus dapat memberikan dampak meningkatnya pendapatan para pedagang.

 

Tidak hanya itu saja, pada awal tahun 2020, Nelson mencanangkan Limboto sebagai Kota Ekonomi Kreatif dengan sasaran utama kaum millenial. Terdapat 14 item ekonomi kreatif yang siap dijalankan untuk mengakomodir, mendukung dan mensuport kreatifitas anak-anak muda hingga menjadi produktif di bidang Seni pertunjukan (showbiz), penerbitan, percetakan, desain, fashion, kerajinan tangan dan sebagainya. Hebatnya lagi, untuk mewujudkan program ini, Nelson berkolaborasi dengan lembaga-lembaga nirlaba dari Jakarta dan Amerika Serikat seperti ICCI untuk mensuport program ini sehingga tidak membebani ABPD.

 

Yang menarik lagi, untuk mengakomodir semangat anak-anak muda di bidang olahraga, Nelson Pomalingo melalui yayasan yang didirikannya, merintis berdirinya SMA Olahraga Taman Cendekia. Yang lebih membanggakan, SMA Olahraga yang didirikan Nelson merupakan yang pertama dan satu-satunya di Provinsi Gorontalo dan bahkan di Indonesia. Bagi Nelson, minat dan bakat anak-anak muda harus diasah sejak dini melalui pendidikan formal. Dengan begitu, ke depan akan lahir atlit-atlit handal dan berprestasi di Gorontalo.

 

Demikian juga, Nelson mendirikan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), yang pertama dan satu-satunya di Gorontalo. MAK menjadi institusi pendidikan yang dirancang melahirkan anak-anak muda yang mencintai dunia pertanian, menjadi petani yang berilmu, berkompetensi dan modern yang berwawasan Islami. Sebuah terobosan yang sungguh visioner.

 

Masih terkait dengan keberpihakan kepada kaum Millenial, Nelson juga mulai menggagas dan merealisasikan Ruang Terbuka Hijau (RTH), berupa taman-taman yang yang hijau, sejuk dan indah. Untuk gagasan awal, Nelson mulai merintis pembangunan Taman Hijau Isimu Raya di lokasi bekas Terminal Timbangan Isimu yang nantinya akan ditunjang oleh keberadaan pedagang kuliner di sekitarnya. Obsesi Nelson ke depan, setiap ibukota kecamatan harus memiliki Taman terbuka hijau yang didukung oleh fasilitas Wifi, yang diharapkan menjadi wahana bagi-anak muda untuk bersantai ria, melepas lelah setelah seharian beraktifitas, sembari menikmati suguhan kuliner. Dengan begitu akan tercetus titik pertumbuhan ekonomi baru yang menggairahkan bagi para pedagang.

 

Demikian pula, sejak 2017, Pemerintahan Bupati Nelson Pomalingo, sudah menyediakan fasilitas khusus bagi anak-anak muda, generasi millenial yang peduli terhadap pengembangan dan pelestarian adat dan seni budaya Gorontalo, dengan menjadikan Talumelito sebagai Pusat Konservasi Budaya. Sampai sekarang, keberadaan Gedung Konservasi Budaya, mulai dimanfaatkan oleh generasi muda sebagai wahana pelestarian adat, Bahasa Gorontalo dan seni budaya Gorontalo. Mulai dari pelatihan bela diri Langga, pagelaran tarian tradisonal, pelatihan bagi anak muda dalam prosesi penyelenggaraan peradatan Gorontalo, termasuk pengembangan tanaman adat di sekitarnya.

 

Ke depan, Nelson juga akan terus mengoptimalkan program Kampung Bahasa di Pentadio dan Dehuwalolo yang sudah dicanangkan pada 2018. Program ini diperuntukkan bagi kaum Millenial untuk menguasai Bahasa Inggeris, Bahasa Mandarin dan Bahasa Arab yang akan didesain seperti Kampung Pare di Kediri. Jika Kampung Bahasa ini terealisasi secara optimal, maka Gorontalo merupakan satu-satunya daerah di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki Kampung Bahasa. Dengan begitu, Gorontalo akan menjadi daerah tujuan bagi anak-anak muda dari Indonesia Timur dan Gorontalo untuk belajar Bahasa. Upaya ini sebagai bagian dari semangat mempersiapkan generasi milenial Gorontalo yang unggul dan berdaya saing.

 

Yang patut diapresiasi lagi, kaum millenial menurut Nelson, tidak saja mereka yang sempurna secara fisik, tapi ada juga diantara mereka yang penyandang cacat. Itulah sebabnya sejak di era Bupati Nelson, Pemerintah Kab. Gorontalo menyediakan formasi khusus bagi penyandang cacat menjadi tenaga honorer. Saat masih menjadi Rektor di UMG sekalipun, Nelson sudah menunjukkan komitmennya membuka ruang bagi penyandang cacat menjadi pegawai di Kampus pencerahan tersebut. Belum lagi bantuan-bantuan sosial bagi pemuda penyandang cacat yang digelontorkan yang bila diurai membutuhkan ruang yang tidak sedikit.

 

Kepedulian, interaksi dan kedekatan Nelson dengan kaum Millenial, tidak hanya tercetus saat ia menjadi Bupati. Jauh hari sebelum itu, Nelson sudah membuka diri, memberi ruang dan merespon positif dengan keberadaan berbagai komunitas-komunitas anak muda generasi millenial. Mulai dari komunitas pencinta motor Vespa, komunitas Bikers, komunitas pencinta lingkungan hidup dan komunitas lainnya. Bagi Nelson, menyelami semangat kaum millenial, tidak hanya disentuh dari aspek kebijakan, tapi hati dan pikiran mereka harus didengar, diresapi dan diberikan muatan-muatan pemikiran yang konstruktif. Keberpihakan kepada kaum Millenial juga tidak harus menunggu jadi Bupati, tapi saat belum menjadi apa-apa sekalipun, komitmen itu harus dimanifestasikan secara konkrit.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *