Masih di Tengah Pandemi, Begini Proses Belajar Mengajar SD Al-Khairaat Kecamatan Buntulia

Berita Utama278 Dilihat

Pohuwato – Kegiatan Proses Belajar dan Mengajar (KBM), di Sekolah dasar (SD) Al-Khairaat Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato saat situasi pandemi Covid-19.

Berdasarkan data yang telah berhasil dihimpun oleh Sharenews.id, melalui salah satu tenaga Pendidik yang mengajar di Sekolah Dasar Al-Khairaat, Hais Kader. Dirinya menyampaikan, bahwa aktifitas kegiatan belajar dan mengajar (KBM), mengunakan sistem metode Kurikulum Kurikhusus. Yang mana, metode Kurikulum Kurikhusus ini, merupakan sebagai bentuk penyederhaaan kompetensi dasar di masa pandemi covid-19.

“Artinya Kurikulum Kurikhusus ini, yang biasa kempeteni dasarnya terdapat 6, disingkat menjadi 3, untuk saat pandemi Covid-19, dan penerapanya sendiri, diperuntukan untuk seluruh sekolah dasar, yang berada di Kabupaten Pohuwato”. Jelasnya kepada Sharenews.id, selasa 08 desember 2020.

Tentunya, ini merupakan suatu hal yang baru serta menjadi sebuah tantangan bagi para tenaga pengajar, untuk memberikan upaya semaksimal mungkin terhadap peserta didik.

Hais Kader juga mejelaskan, berkaitan dengan sistem belajar dan mengajar secara ofline, yang sekarang ini. Merupakan suatu kebijakan dari Bupati Pohuwato, namun kebijakan ini terdapat beberapa persyaratan didalamnya.

“Apabila satu Kecamatan tidak terdampak wabah Covid 19, maka di perbolehkan untuk masuk, serta melakukan kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka atau luring di Sekolah”. Dirinya mengulang kembali penyampaian dari Bupati Pohuwato.

Namun, walaupun adanya sistem kegiatan belajar dan mengajar secara luring. Dirinya menjelaskan, bahwa didalamnya terdapat batasan jam, dan adanya Shif hari bagi peserta Didik, dalam aktifitas belajar tatap muka di Sekolah.

“Nah untuk yang bisa masuk Sekolah itu, tidak semua siswa, namun adanya kelompok yang sesuai dengan shifnya masing masing. Misalnya, jika jumlah siswanya 30, minimal 16 siswa dalam satu hari, selanjuntya, untuk besoknya shif yang kedua 14 orang siswa, serta tidak adanya istirahat, sebagai bentuk antisipasi adanya kerumunan”. Tandasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *