Ismet Mile : Program “2 Ekor per KK” Jalan Tol Mensejahterakan Rakyat Bonbol, Begini Rasionalisasi dan Strateginya!

Politik81 Dilihat

Politik – Mantan Bupati Bone Bolango periode 2005-2010, Ismet Mile, kembali mencalonkan diri sebagai Bupati pada Pilkada 2024 dengan menggandeng Risman Tolingguhu sebagai calon wakil bupati.

Salah satu program andalan yang kembali diusung Ismet Mile adalah “Sapi untuk Rakyat,” sebuah program yang pernah sukses dijalankan pada masa kepemimpinannya dulu.

Namun, kali ini program tersebut hadir dengan peningkatan signifikan, di mana setiap kepala keluarga akan menerima dua ekor sapi.

Selama periode kepemimpinannya pada 2005-2010, program “Sapi untuk Rakyat” berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat di Bone Bolango.

Distribusi ternak sapi kepada warga telah terbukti mendorong perekonomian lokal, meningkatkan kesejahteraan peternak kecil, dan mengurangi kemiskinan di daerah.

Dengan fokus pada ketahanan pangan dan keberlanjutan ekonomi, program ini mendapatkan banyak apresiasi dari masyarakat.

Menariknya, pada pencalonan kali ini, Ismet Mile membawa gagasan yang lebih besar. Ia berencana mendistribusikan dua ekor sapi untuk setiap kepala keluarga di Bone Bolango.

Langkah ini dianggap sebagai bentuk penguatan program yang telah terbukti berdampak positif. Jika terealisasi, dua ekor sapi per keluarga dapat membuka lebih banyak peluang ekonomi bagi warga, termasuk peluang untuk pengembangbiakan, perbaikan rantai pasok lokal dan bisa ke pola distribusi ke luar daerah.

Namun, seiring dengan ambisi besar ini, muncul pertanyaan mengenai rasionalitas anggaran masih bangak dipertanyakan.

Ismet Mile lantas menjelaskan dengan cermat tentang rasionalisasi program ini. Menurutnya, dengan anggaran APBD Bone Bolango yang diproyeksikan mencapai Rp 1,4 triliun apakah program ini benar-benar realistis untuk dijalankan?

Ismet Mile menyadari tantangan ini. Menurut perhitungan kasar, harga satu ekor sapi lokal berkisar antara Rp 10-15 juta. Jika setiap kepala keluarga mendapatkan dua ekor, anggaran yang dibutuhkan untuk program ini bisa mencapai angka triliunan rupiah, tergantung pada jumlah penerima.

Berdasarkan data Semester 1 Tahun 2024, terdapat total 55.770 kepala keluarga di wilayah tersebut, yang terdiri dari 43.780 laki-laki dan 11.990 perempuan.

Lanjut Ismet Mile, untuk memahami bagaimana program ini dapat diterapkan secara realistis, kita dapat melakukan perhitungan anggaran yang dibutuhkan serta bagaimana program ini sejalan dengan APBD Kabupaten Bone Bolango yang diperkirakan sebesar Rp1,4 triliun. Berikut penjelasan mantan TOP Eksekutif yang dijuluki Panglima Pemekaran Bone Bolango ini :

*1. Estimasi Anggaran Program*

Harga rata-rata sapi di Indonesia berkisar antara Rp10 juta hingga Rp20 juta per ekor, tergantung pada jenis dan umur sapi. Jika kita asumsikan harga rata-rata satu ekor sapi adalah Rp15 juta, maka total biaya per kepala keluarga untuk mendapatkan dua ekor sapi adalah:

Rp15 juta x 2 ekor sapi = Rp30 juta per kepala keluarga.

Untuk keseluruhan 55.770 kepala keluarga, anggaran yang dibutuhkan adalah:

Rp30 juta x 55.770 kepala keluarga = Rp1,6731 triliun.

*2. APBD Rp1,4 Triliun: Apakah Cukup?*

Jika kita membandingkan total kebutuhan anggaran sebesar Rp1,6731 triliun dengan APBD Kabupaten Bone Bolango sebesar Rp1,4 triliun, terlihat bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk merealisasikan program ini sedikit lebih besar dari total APBD yang ada.

Namun, program ini masih dapat direalisasikan dengan beberapa pendekatan strategis:

*- Penerapan Bertahap:*

Program bisa dilaksanakan secara bertahap, di mana setiap tahun, distribusi sapi difokuskan pada sejumlah keluarga yang paling membutuhkan terlebih dahulu.

Misalnya, alokasi 50% kepala keluarga pada tahun pertama, 25% tahun kedua, dan 25% pada tahun ketiga.

Hal ini memungkinkan pembiayaan program sesuai dengan ketersediaan anggaran tahunan.

*Kolaborasi dengan Pihak Lain:*

Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan investor, perusahaan peternakan, atau program CSR dari perusahaan besar di wilayah sekitar untuk membantu pembiayaan program ini.

Selain itu, program ini mudah terealisasi apabila Pemda menggandeng pemerintah pusat atau kementerian teknis untuk mengucurkan bantuan guna mendukung kesuksesnya. Dan dalam hal ini, pasangan IRIS punya keyakinan 100 persen memiliki jaringan di pusat yang bisa membantu merealisasikannya.

Dengan demikian, sebagian beban anggaran bisa dialokasikan dari pihak eksternal.

*Optimasi Penggunaan APBD:*

APBD Rp1,4 triliun tidak hanya difokuskan pada satu program saja, namun dengan prioritas yang baik, sebagian dana dapat dialokasikan secara strategis untuk program sapi ini tanpa harus membebani APBD sepenuhnya.

Misalnya, dengan mengalokasikan 30% dari APBD setiap tahun khusus untuk program ini, pemerintah bisa mencapai tujuan dalam 3 hingga 5 tahun.

Ismet Mile menyimpulkan, program stiman dengan pendekatan bertahap dan kerjasama antar pihak, program “2 Ekor Sapi per Kepala Keluarga” tetap memiliki potensi besar untuk direalisasikan, meskipun terdapat tantangan dari sisi pembiayaan yang perlu dioptimalkan dengan strategi yang tepat.

Ismet dan timnya menyatakan bahwa program ini tidak serta-merta membebani APBD secara langsung.

Lanjut Ismet, pemerintah daerah juga dapat mengatur program ini melalui alokasi prioritas pada anggaran pembangunan, di mana sektor peternakan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi fokus utama.

“Kita memiliki perencanaan yang matang, program ini diyakini mampu memberikan dampak ekonomi yang signifikan tanpa menimbulkan pembengkakan anggaran yang berlebihan atau mengorbankan sektor lainnya,” ujarnya.

“Alasan saya ingin merealisasikan program ini, karena ini aka menjadi “Jalan Tol untuk mensejahterakan rakyat Bone Bolango,” umbarnya.

Meski menjanjikan, program ini tak lepas dari berbagai tantangan. Ismet optimis bisa meyakinkan masyarakat dan pihak legislatif bahwa program ini dapat dieksekusi tanpa mengorbankan prioritas pembangunan lainnya.

Jika berhasil, “Sapi untuk Rakyat” versi dua ekor ini berpotensi menjadi tonggak keberhasilan baru bagi Bone Bolango dan mengubah pola ekonomi tradisional menjadi lebih berorientasi pada produktivitas tinggi dan kesejahteraan berkelanjutan.

Dilatar belakangi keberhasilan sebelumnya dan pendekatan program yang lebih inovatif, pasangan Ismet Mile dan Risman Tolingguhu tampaknya optimistis program ini akan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat pada Pilkada 2024. ***