ASN Melek Digital, Wujudkan Birokrasi Modern dan Responsif di Bone Bolango

Bone Bolango – Transformasi digital kini bukan lagi sekadar wacana, melainkan keniscayaan yang harus dihadapi oleh seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN). Di tengah derasnya arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ASN dituntut tidak hanya mampu bekerja dengan baik, tetapi juga memiliki literasi digital yang kuat, cerdas, dan bertanggung jawab.

Hal itu disampaikan oleh Pengendali Konten Internet Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Bone Bolango, Wahyu Ali J. Hadju, saat menyosialisasikan pentingnya literasi digital bagi ASN dalam mendukung tata kelola pemerintahan modern. Kegiatan tersebut diikuti oleh ASN, non-ASN, tenaga ahli, serta mahasiswa magang dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo), bertempat di Kantor Dinas Kominfo Bone Bolango, Jumat (17/10/2025).

“Era digital telah mengubah cara kita bekerja dan melayani. Sebagai ASN, kita dituntut tidak hanya cakap dalam tugas, tetapi juga melek digital. Literasi digital bukan pilihan, melainkan kebutuhan untuk menjawab tantangan zaman,”

— Wahyu Ali J. Hadju

Wahyu menjelaskan bahwa kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari aktualisasi Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang sedang ia ikuti. Menurutnya, literasi digital tidak hanya soal kemampuan menggunakan gawai atau aplikasi, tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan teknologi secara cerdas, aman, etis, dan produktif dalam konteks profesional serta pelayanan publik.

“Bagi ASN, literasi digital berarti mampu mengelola informasi dengan baik, memahami cara kerja teknologi, serta memanfaatkannya untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan kualitas pelayanan publik,” tambahnya.

Lebih lanjut, Wahyu memaparkan empat aspek utama literasi digital yang wajib dikuasai ASN agar menjadi aparatur yang unggul dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, yakni Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic, dan Digital Culture.

1. Digital Skill

Kemampuan ini mencakup keterampilan teknis dalam menggunakan perangkat, aplikasi, dan layanan digital secara efektif. ASN, kata Wahyu, harus mampu memanfaatkan teknologi dalam pengambilan keputusan berbasis data.

“ASN harus bisa mengoperasikan aplikasi seperti ASN Digital BKN atau e-Kinerja, serta mampu menganalisis data menggunakan Microsoft Excel atau Google Sheet. Keputusan yang diambil harus berbasis data dan akurat,” jelasnya.

2. Digital Safety

Keamanan digital menjadi aspek vital di era maraknya ancaman siber. Wahyu mengingatkan ASN untuk selalu menjaga keamanan data pribadi dan kerahasiaan informasi instansi.

“Gunakan password yang kuat, aktifkan autentikasi dua faktor, lakukan backup data rutin, dan hindari membuka tautan mencurigakan,” imbaunya.

Ia juga menekankan agar ASN berhati-hati menggunakan Wi-Fi publik dan disarankan memakai VPN untuk menghindari pencurian data.

3. Digital Ethic

Etika digital menjadi pondasi moral dalam aktivitas daring. ASN, ujar Wahyu, harus menjaga integritas, profesionalitas, dan kehormatan lembaga di ruang digital.

“ASN harus menahan diri dari perilaku negatif seperti menyebar hoaks atau ujaran kebencian. Jaga etika komunikasi di media sosial maupun platform kerja daring,” tegasnya.

4. Digital Culture

Budaya digital berarti membangun pola pikir dan kebiasaan kerja yang kolaboratif, adaptif, dan berbasis inovasi. ASN dituntut untuk terus belajar dan terbuka terhadap perubahan.

“Budaya digital bukan hanya soal penggunaan alat, tetapi juga cara berpikir baru. ASN harus siap beradaptasi dan berinovasi,” ujarnya.

Lebih jauh, Wahyu menegaskan bahwa ASN yang melek digital adalah motor utama transformasi birokrasi menuju pelayanan publik berkelas dunia.

“ASN yang cerdas digital adalah ASN yang siap melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Mereka menggunakan teknologi untuk menghadirkan solusi dan kemudahan bagi masyarakat,” ungkapnya.

Menutup kegiatan tersebut, Wahyu mengajak seluruh ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango untuk terus meningkatkan kompetensi digital melalui pelatihan, kolaborasi, dan belajar mandiri.

“Literasi digital adalah investasi jangka panjang bagi ASN. Dengan literasi digital yang kuat, kita membangun birokrasi yang modern, bersih, dan transparan. Mari kita tingkatkan literasi digital, wujudkan transformasi birokrasi, dan bersama-sama membangun Indonesia maju. ASN melek digital, ASN unggul untuk negeri,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *