Boalemo — Frait Danial, pengusaha sukses asal Kabupaten Boalemo, memutuskan memindahkan kapal pribadinya ke perairan Sulawesi Tengah. Keputusan ini diambil karena tiga alasan utama: hasil tangkapan ikan di perairan Boalemo yang mulai menurun, kondisi ombak besar dan cuaca buruk akibat musim timur, serta tingginya biaya operasional.
Musim timur yang berlangsung setiap pertengahan tahun dikenal membawa angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah perairan selatan Sulawesi, termasuk Boalemo. Situasi ini membuat aktivitas melaut menjadi penuh risiko, terutama bagi kapal berkapasitas besar yang memerlukan waktu berhari-hari di tengah laut.
Menurut Frait, biaya operasional untuk sekali melaut dengan jaring mencapai sekitar Rp150 juta. Angka tersebut mencakup kebutuhan bahan bakar, logistik, gaji awak kapal, hingga biaya perawatan. “Kalau hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya operasional, apalagi cuaca buruk, itu justru bisa merugikan. Makanya saya memindahkan kapal sementara ke wilayah yang lebih aman,” ujarnya.
Ia menambahkan, perpindahan kapal ini juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan populasi ikan di Boalemo agar dapat pulih. Selama ini, tekanan penangkapan di perairan tersebut cukup tinggi, baik dari nelayan lokal maupun kapal-kapal besar yang datang dari luar daerah.
Sejumlah nelayan di Boalemo mengaku memahami keputusan Frait. Mereka berharap langkah tersebut menjadi contoh bagi pengusaha dan pemilik kapal besar lainnya untuk turut memikirkan kelestarian sumber daya laut. “Kalau ikannya habis, kita semua yang susah. Jadi keputusan ini memang ada sisi positifnya,” kata salah seorang nelayan di Tilamuta.
Dengan perpindahan kapal tersebut, Frait berencana fokus beroperasi di perairan Sulawesi Tengah hingga musim timur berakhir. Setelah kondisi laut di Boalemo membaik dan populasi ikan kembali stabil, ia tidak menutup kemungkinan untuk kembali berlayar di kampung halamannya.