AKSARA: Aksi Kolaboratif Sahril Anwar Tialo dan Arfan Walangadi untuk Kepemimpinan BEM UNG yang Inklusif dan Progresif

Gorontalo – Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (BEM UNG) tahun ini kembali menjadi panggung penting dalam menentukan arah gerakan mahasiswa. Di tengah dinamika kampus yang terus berkembang, hadir pasangan calon Sahril Anwar Tialo dan Arfan Walangadi dengan paket kepemimpinan bertajuk AKSARA (Aksi Kolaborasi Sahril dan Arfan), menawarkan warna baru bagi masa depan BEM UNG.

Pasangan ini tidak hadir semata-mata sebagai figur populer di kalangan mahasiswa, tetapi sebagai representasi dari visi kepemimpinan yang inklusif, kolaboratif, dan progresif. Kombinasi latar belakang keduanya memperlihatkan sinergi yang kuat antara pemikiran strategis dan kerja lapangan.

Sahril Anwar Tialo, berasal dari Fakultas Ilmu Sosial, dikenal dengan kapasitas analitis dan kemampuan advokatifnya yang tajam. Berangkat dari tradisi ilmu sosial, Sahril memahami pentingnya kepekaan terhadap struktur sosial kampus, serta kebutuhan mahasiswa yang semakin kompleks dan beragam. Sahril membawa pendekatan reflektif yang menjadikan BEM sebagai ruang diskusi dan advokasi yang nyata bagi aspirasi mahasiswa.

Sementara itu, Arfan Walangadi, dari Fakultas Olahraga dan Kesehatan, menambahkan dimensi aksi nyata dalam kepemimpinan. Dengan latar belakang kepemimpinan lapangan, ia membawa semangat kebugaran fisik dan mental sebagai fondasi penting dalam mendukung produktivitas akademik mahasiswa. Arfan menegaskan pentingnya keseimbangan antara kesehatan dan prestasi intelektual.

Keduanya berpadu dalam semangat kolaborasi bermakna. AKSARA tidak hanya berbicara tentang perubahan, tetapi juga menghadirkan strategi untuk mewujudkannya. Salah satu fokus utama yang menjadi pembeda dari pasangan ini adalah komitmen mereka terhadap penguatan paguyuban mahasiswa—komunitas kultural yang selama ini kerap terpinggirkan dalam dinamika kelembagaan kampus.

AKSARA melihat paguyuban bukan hanya sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa dari daerah tertentu, tetapi sebagai elemen penting dalam menjaga keberagaman, membangun solidaritas, serta menjadi jembatan antara budaya lokal dan kehidupan kampus. Melalui pendekatan partisipatif dan kolaboratif, mereka berkomitmen menjadikan paguyuban sebagai mitra strategis dalam menyusun agenda BEM.

Dalam visinya, AKSARA mengusung prinsip multikulturalisme partisipatif, sebuah pendekatan yang tidak hanya mengakui keberagaman, tetapi juga menjadikannya sebagai kekuatan sosial. Ini sejalan dengan konsep inclusive leadership, di mana pemimpin hadir bukan untuk mendominasi, tetapi untuk merangkul dan memberdayakan setiap elemen yang ada.

Dengan tekad kuat dan rekam jejak yang terbukti, AKSARA menjanjikan BEM UNG yang solutif, representatif, dan inklusif. Kepemimpinan bukan sekadar tentang siapa yang berada di depan, tetapi siapa saja yang dilibatkan dalam perjalanan. Dan dalam narasi besar ini, Sahril dan Arfan bukan sekadar kandidat, melainkan simbol dari harapan baru mahasiswa UNG untuk BEM yang lebih berdaya, bermakna, dan bersatu dalam keberagaman.

Sebagaimana filosofi aksara itu sendiri yang menjadi dasar dari peradaban dan komunikasi, AKSARA hadir untuk menulis lembar baru dalam sejarah kepemimpinan mahasiswa—lembar yang ditulis bersama, oleh dan untuk seluruh mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo.