Euforia Kemanangan Berlebihan, Berujung Pada Kekerasan

Berita Utama614 Dilihat

Politik – Pilkada yang seharusnya menjadi momen pesta demokrasi, dengan semangat persatuan dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, kini justru berakhir dengan ketegangan yang berlarut-larut. Hasil Pilkada Boalemo, meskipun sudah ada pemenang hasil quick count (hitung cepat) yakni pasangan Rum Pagau – Lahmudin Hambali (PAHAM), masih menyisakan luka di antara sesama pendukung, baik yang kalah maupun yang menang. Sehingga, bukannya merayakan kemenangan dengan penuh kedamaian, justru yang terjadi adalah pertikaian dan ketegangan yang tak perlu.

Tim pemenangan yang berhasil mengantarkan calonnya ke kursi pimpinan tampaknya terjebak dalam euforia kemenangan yang berlebihan. Suasana gembira yang seharusnya menjadi momentum untuk merayakan proses demokrasi justru berubah menjadi momen yang memecah belah. Ketegangan semakin memuncak saat pendukung yang kalah merasa terpojok, sementara tim pemenangan malah memperburuk keadaan dengan sikap yang menyinggung perasaan lawan politiknya. Euforia kemenangan yang berlarut-larut ini bukan hanya menciptakan ketidaknyamanan, tetapi juga meningkatkan potensi konflik sosial yang sangat merugikan.

Padahal, setelah Pilkada berakhir, kehidupan masyarakat Boalemo seharusnya kembali pada kondisi semula. Buruh tetap menjadi buruh, petani tetap menjadi petani, pegawai tetap bekerja sebagaimana mestinya, tukang ojek tetap mengantar penumpangnya, dsb. Tidak ada perubahan mendasar yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Yang berubah hanya kepemimpinan, dan tugas utama pemimpin terpilih adalah membawa seluruh masyarakat ke arah yang lebih baik tanpa memandang latar belakang politik.

Namun, kejadian pemukulan yang terjadi di Boalemo pasca-pemilihan menunjukkan betapa rapuhnya iklim demokrasi kita. Tindakan kekerasan tersebut adalah cermin dari kemarahan yang tak terkendali, serta ketidakmampuan sebagian pihak untuk menerima hasil kontestasi politik dengan lapang dada. Ini adalah contoh buruk yang bisa merusak proses demokrasi dan menghancurkan rasa saling percaya antarwarga. Sebuah pelajaran yang sangat pahit, bahwa euforia kemenangan dan kekalahan yang berlebihan bisa mengarah pada tindakan destruktif yang tidak hanya merugikan individu, tetapi juga mencoreng wajah demokrasi itu sendiri.

Vide: https://xposetv.live/bolihutuo-gempar-seorang-perempuan-di-wisata/

Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat seharusnya menjadi landasan dalam setiap proses demokrasi. Kemenangan bukanlah alasan untuk merendahkan atau menyudutkan pihak lain, begitu pula dengan kekalahan—bukan alasan untuk merasa dihina dan melakukan tindakan kekerasan. Demokrasi adalah ruang untuk berkompetisi, tapi juga ruang untuk bersatu kembali setelah hasil diumumkan.

Pilkada Boalemo telah selesai, dan kini saatnya bagi kita semua untuk kembali melihat ke depan. Mari kita semua, baik yang menang maupun yang kalah, menahan diri, merangkul satu sama lain, dan berkomitmen untuk bersama-sama membangun Boalemo yang lebih baik. Pemimpin yang terpilih harus berperan sebagai jembatan yang menyatukan, bukan sebagai pemecah belah. Begitu juga bagi yang belum berhasil, harusnya bisa menerima hasil dengan kepala dingin dan tetap berkontribusi untuk kemajuan daerah.

Demokrasi yang sehat harus dimulai dari sikap dewasa dalam menerima hasil, bukan dengan amarah dan kekerasan. Mari kita jadikan Pilkada ini sebagai pelajaran, dan pastikan bahwa kedamaian dan kerukunan sosial tetap terjaga, agar kita semua dapat maju bersama dalam semangat bingkai persatuan dan keadilan.